Friday, March 9, 2012

Fanfic "The Falcon"

Ini fanfic pertama gue seumur hidup, kasih tanggepan yah...

Tepat sebelum 14 tahun sebelum konflik berkecamuk, Kerajaan Zilgreth adalah sebuah kerajaan yang damai sebelum serbuan Negara Arzith menghancurkan kerajaan itu dan sang raja, Quoran terpaksa memindahkan takhtanya keatas pesawat komando kerajaan, Bahemoth. Dimasa perang ini, para pemuda Zilgreth, yang sekarang tinggal diatas armada pesawat kerajaan, dilatih untuk menjadi seorang kurir yang bertugas mengantar barang dan pesan rahasia dari dan ke sekutu mereka.

Steban, seorang pemuda Zilgreth yang dilatih untuk menjadi kurir yang bercita-cita untuk menjadi pemimpin armada Zilgreth untuk mengalahkan Arzith. Awalnya ia adalah seorang bocah biasa yang tinggal sendiri akibat seluruh keluarganya tewas dalam penyerbuan Arzith yang pertama. Didalam kesendiriannya itulah, dia hidup didalam dunia "bawah tanah" sebagai pemasok barang-barang ilegal sampai akhirnya ia mendaftarkan diri kedalam Skuadron kurir Kerajaan. Dimasa pelatihannya, Steban dikenal sebagai pilot yang cepat dan tepat sehingga teman se-timnya menyebutnya "The Falcon".

"Hei, hei, mengapa kamu terus menggunakan pesawat usang itu?" tanya Minos kepada Steban. Minos adalah teman dekat Steban sekaligus teman sekamar steban di kapal komado Luciferre.
"Kamu tidak perlu tahu, karena cuma aku sendiri yang tau kemampuan pesawat ini." Jawab Steban.
*Sigh*
Steban dikenal mempunyai watak yang sedikit acuh sehingga tidak sedikit teman se-skuadronnya kurang begitu menyukai dirinya. Walaupun begitu, dia adalah sosok yang tabah dan tegar setelah bertahun-tahun ditempa oleh kerasnya dunia "bawah tanah".

Steban memiliki seorang kekasih, Regia namanya. Dia adalah gadis yang menawan, tetapi sama seperti Steban, dia kurang disukai oleh orang-orang sekapalnya, karena Regia memiliki hubungan darah dengan bangsa Arzith. Dia bertugas di bagian dapur Kapal.

Tepat hari ini, hari ke 200, komandan skuadron mengadakan misi rahasia yang sangat berbahaya dan dia meminta seorang sukarelawan untuk misi ini. Misinya adalah, mencuri data-data vital Negara Arzith di Ciel, ibukota kerajaan Zilgreth yang telah dikuasai selama 13 tahun oleh Arzith.

"Pak, Steban melapor untuk mengajukan diri dalam misi ini." Kata Steban
"Hah...Kau serius, dirimu masih belum memiliki banyak pengalaman dalam misi seperti ini."
"Saya serius!" Jawab Steban lantang.
"Bukan apa-apa, misi ini adalah misi individu, aku khawatir jika misimu gagal, keberadaan kita akan mudah dilacak oleh pesawat-pesawat Arzith dan armada kita akan dilumat dengan cepat." Kata komandan
Memang, keberadaan armada Zilgreth selalu berpindah-pindah agar keberadaan mereka tidak mudah dilacak oleh armada Arzith dan armada Zigreth tidak sebanding dengan Armada Arzith.
"Aku akan terima!" Jawab Steban makin percaya diri.
"Apa balasan jika dirimu gagal dalam misi ini?" Tanya komadan.
"Bunuh aku" Jawab Steban dengan mantap.
"Hmm...Baiklah. Misi akan dimulai dua hari lagi, persiapkan dirimu baik-baik, sekarang,kembali ke tempat mu."
"Siap, pak"

Steban lah yang akhirnya menerima misi ini dengan segala resiko yang ada....

<LANJUT>

Setelah dari ruangan komandan, Steban kembali ke kamar prajurit yang terletak di dek tengah. Selama perjalanan, ia selalu ditanyai darimana, cukup aneh memang, karena Steban berjalan dari arah ruang komando yang terletak di dek paling bawah dan dek paling bawah adalah merupakan tempat yang sangat tertutup bagi perwira sekelas Steban. Steban bisa melakukan ini karena dia mempunyai link ke prajurit-prajurit penjaga sehingga ia bisa keluar masuk dek bawah tanpa diketahui oleh prajurit lain. Satu-satunya yang mengetahui hal ini cuma, Regia dan Minos, bahkan sang komandan pun tidak mengetahui kalau Steban memiliki akses ke dek bawah hingga Steban datang ke ruangannya.

Sesampainya di kamar, telah ada Regia yang senantiasa menunggu di kamara Steban. Kali ini, Regia melihat ada sedikit kejanggalan pada diri Steban.
"Hei, Steban." Panggil Regia
"...................." Steban tidak menjawab.
"Hei, Steban, apa kau mendegarkanku, jika iya, jawablah" Regia terus memanggil Steban.
"...................ah" Steban pun membuka mulutnya.
"Sayang, sebenarnya ada apa, coba jelaskan"
"Regia, apakah jika aku tidak ada disini lagi, apakah kau akan tetap mencintaiku" Tanya Steban lirih. Seketika itu juga, seluruh ruang kamar terasa seperti sunyi.

<Bersambung> [Nyari ide lagi]



Saturday, March 3, 2012

Bergalau Sejenak....[Derita bocah SMA]

it's time for serious


Kata orang, masa SMA adalah masa yang paling indah. [Kata orang, bukan kata gue]. Entah lah, sampai sekarang gue masih bingung sama arti dari kalimat itu. Tapi kalau dipikir-pikir, dari semua masa yang udah gue jalani selama 17 tahun, kayanya cuma masa SMA doang yang paling "Piece of shit cake", ya ngga sih.[Terserah sih yang baca mau bilang apa, tapi gue sih mikirnya begitu].

First, pertama masuk SMA, gue mikirnya bakal dapet banyak soib dan bakal bisa ninggalin kehidupan absurd gue di SMP. Oke, pertama kali masuk, gue kenalan sama banyak orang. Hidup gue fine-fine aja layaknya orang "normal" sampai akhir semester 1. Perlahan tapi pasti, hidup gue mulai berantakan sejak study tour pertama gue ke Bandung. Masa yang tadinya indah perlahan dikuasai oleh kekuatan buruk dan jahat [Halah, lebay], emang iya sih. Dimulai dari macarin anak orang yang akhirnya cuma bertahan 4 hari hingga temen akrab satu-persatu jadi musuh. And, rencana gue buat benerin nama gue lewat OSIS, yang ada malah hancur berantakan.

Second. Ini tahun kedua gue disekolah gue tercinta. Dengan tekad sekuat dan sebulat naruto, gue milih jurusan Sosial [Jurusan paling ga diminati sama murid-murid di SMA manapun, ya kan?]. Gue pertama agak khawatir milih jurusan sosial...??? Kenapa...??? Gue takut dinodai oleh statement soal anak Sosial, terus gue khawatir bakal sekelas sama orang-orang yang otaknya ga bener. [Yang akhirnya emang begitu]. Permasalahan muncul saat gue harus sekelas sama orang yang paling ga bisa gue teladani, gue percaya, apalagi gue kagumi. Kehidupan gue dikelas sosial terpaksa harus diwarnai dengen kesuraman yang teramat sangat [halah]. Untungnya, gue punya beberapa temen deket yang paling bisa gue percaya. [Nama..??? Sorry, privasi coyyy]. Masuk semester dua. Gue dipengaruhi temen gue sehingga gue manjadi seorang Otaku kaya sekarang ini. Masa-masa awal, gue rasa jadi otaku ga bakal berat. Tapi entah sejak kapan, mulai banyak bocah-bocah brengsek dikelas mulai manggil gue "imiku". [Is there something related with my waifu?]. Gue nganggap ini cuma sebagai bahan becandaan, tapi entak kapan julukan itu udah nyebar ke satu angkatan. Dan gue 100%, atau perlu 200% yakin ini dilakuin bocah sekelas. Dan dari sini pula, gue udah bener-bener ngga punya rasa lagi buat kelas Sosial, dan dengan bangga gue ngakuin kalau gue itu rasis dihadapan temen-temen gue. [Daripada ketularan jeleknya, mendingan gede ego]

Dari sini gue ngambil kesimpulan, masa SMA ngga seindah yang dibayangkan...